BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kelompok merupakan
bagian dari kehidupan
manusia. tiap hari manusia akan terlibat balam kelompok.demikian pula
kelompok merupakan bagian dari organisasi. hampir pada umumnya manusia yang
menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil adalah sangat kuat
kecendrungannya Untuk mencari keakraban dalam kelompok-kelompok
tertentu.dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang di lakukan,
kedekatan tempat kerja, seringnya
berjumpa, dan barang kali adanya
kesamaan kesemangan bersama, maka timbullah kedekatan satu sama lain.
Manusia berkelompok
karena ingin menciptakan hubungan yang lebih dari sebelumnya, setidaknya ada
beberapa hal yang melatar belakangi manusia berklompok atau beroganisasi, bisa
saja karena adanya motivasi yang berbeda dari tiap individu dalam klompok itu.
Kemudian membentuk kelompok-kelompok kecil dalam sebuah organisasi, dan
beberapa hal lainnya.
B.
Rumusan masalah
Dalam pembahasan perilaku organisasi akan banyak membahas tentang apa itu
organisasi itu, apa saja ruang lingkup dari perilaku organisasi itu, dan
seterusnya. Dalam kesempatan ini focus pembahasan kami ada pada perilaku
kolompok dalam organisasi. Yang mana perilaku kelompok dalam organisasi ini
terbagi dalam lima sub bab, yaitu, teori pembentukan kelompok, kemudian
bentuk-bentuk kelompok, dilan jutkan dengan dasar-dasar daya tarik antar orang,
dan model-model daya tarik antar orang, terakhir ialah beberapa teori organisasi.
Dalam
penulisan makalah ini terbagi dalam tiga Bab, yang mana Bab I berisi
pendahuluan termasuk dalamnya latar belakang dan rumusan masalah, kemudian Bab
II adalah pembahasan, dan yang terakhir adalah Bab III berisi penutup dan
kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori-teori pembentukan kelompok
Banyak teori
yang mencoba mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula terbentuk dan
tumbuhnya suatu kelompok. teori dasar tentang terbentuknya kelompok ini ialah
mencoba menjelaskan tentang adanya afiliasi diantara orang-orang tertentu.
Teori ini disebut propinguity yaitu teori kedekatan.arti kedekatan teori ini
ialah bahwa seseorng berhubungan dengan orang lain disebabkan Karena adanya
kedekatan ruang dan daerahnya.
Sebenarnya ada
beberapa hasil risert yang yang dapat mendukung teori propinguity ini,
tetapi usaha tersebut hanya menjelaskan pada permukaannya saja dari pembentukan
kelompok jadi harus untuk memahaminya
kita harus memerlukan eksplorasi lebih lanjut.
Teori
pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah suatu teori yang berasal
dari George Homans. Teorinya berdasarkan pada
aktifitas-aktifitas,interaksi-interaksi dan sentiment-sentimen (perasaan atau
emosi).
(1). Semakin banyak aktifitas-aktifitas
seseorang dilakukan dengan orang lain
(shared), semakin beraneka interaksi-interaksinya, dan juga semakin kuat tumbuhnya
sentimen-sentimen mereka.
(2). semakin
banyak interaksi-interaksi di antara orang-orang maka semakin banyak
kemungkinan aktifitas-aktifitas dan sentiment yang ditularkan (shared) pada
orang lain.
(3). Semakin banyak aktifitas dan sentiment
yang ditularkan pada orang lain,dan semakin banyak sentiment seseorang difahami
oleh orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya
aktifitas dan interaksi-interaksi.
Teori lain dari
pembentukan kelompok adalah didasarkan atas alasan-alasan peraktisi. contoh dari teori ini, antara lain
karyawan-karyawan suatu organisasi mungkin dapat mengelompok karena disebabkan
alasan ekonomi, keamanan, atau alasan-lasan social. secara logis,
karyawan-karyawan yang mendasarkan pertimbangan
ekonomi bisa bekerja dalam suatu peroyek karena dibayar untuk itu, atau
mereka dapat bersama-sama di dalam serikat buruh karena mempunya tuntutan yang
sama mengenai kenaikan upah. untuk alasan keamanan, bersatunya kedalam suatu kelompok
karena membuat dirinya satu front untuk menghadapi dikriminasi, pemecahan, perlakuan
sepihak dan lain sebagainya. alasan-alasan peraktis ini membuat orang-orang
dapat mengelompok dalam satu group.[1]
Yang teramat
penting dalam memahami pembentukan kelompok berdasarkan alasan-alasan peraktis
ini antaranya kelompok-kelompok itu cenderung memberikan kepuasan terhadap
kebutuhan-kebutuhan social yang mendasar dari orang –orang yang mengelompok
tersebut.
Dari pemahaman beberapa
teori pembentukan kelompok seperti yang
di uraikan di atas, dapat kemudian diidentifikasi karakteristik dari
suatu kelompok itu, menurut Reitz
karakteristik yang menonjol dari suatu kelompok itu, antara lain :
1.Adanya dua orang atau lebih
2. yang berinteraksi satu sama
lainnya berarti, bahwa anggota kelompok paling sedikit sekali-kali bertemu, becakap-cakap
dan mengerjakan sesuatu besama –sama
3. yang saling membagi beberapa
tujuan yang sama berarti, bahwa
anggota-amnggota kelompok mempunyai kesamaan. barangkali mereka bisa
membagi (share) suatu tujuan, misalnya perlindungan dari pekerjaannya, atau
rasa aman mendapatkan perlindungan dalam melaksanakan pekerjaannya, atau adanya
kesamaan penilaian atau rasa curiga, atau dapat pula menghadapi bersama atas
perlakuan yang kurang baik dalam bekerja. demikianlah apapun dasarnya, suatu
kelompok mempunyai sesuatu yang sama
sebagai salah satu ciri yang dapat
mengdentifikasikan suatu kelompok.
Penguatan yang
di terima dari peroses interaksi bengan orang lain membimbing mereka untuk mengenali dan
memahami dirinya sebagai sesuatu yang special, sebagai suatu kelompok yang
unik. keunikan inilah yang memberikan pemahaman bahwa orang-orang mengetahuinya
sebagai suatu kelompok.
B.
Bentuk-bentuk kelompok
a. Kelompok primer (primary Group)
Orang yang
pertama kali merumuskan dan menganalisis suatu kelompok primer ini adalah
Charles H.Cooley. Di dalam bukunya organisasi-organisasi social. dia menulis
sebagai berikut:[2]
“Yang saya
maksudkan dengan kelompok-kelompok primer itu adalah kelompok yang dengan adanya keakraban, kerjasama
dan hubungan tatap muka”
Semua kelompok
primer adalah kelompok yang kecil ukurannya tetapi tidak semua kelompok kecil
adalah primer contoh dari kelompok primer adalah keluarga dan kolega (peer group
).
b.
Kelompok
formal dan informal
Kelompok formal
adalah suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk melaksanakan suatu tugas tertentu.Anggota-anggotanya biasanya
diangkat oleh organisasi. Dan contoh dari kelompok formal itu diantaranya
komite atau panitia. unit-unit kerja tertentu seperti bagian, laboraturium
riset, dan pengembangan tim manajer, kelompok tukang pembersih, dan lain
sebagainya.
Adapun kelompok
informal adalah suatu kelompok yang tumbuh dari interaksi, daya tarik, dan
kebutuhan-kebutuhan seseorang. anggota kelompok tidak diatur dan diangkat, keanggotaan
ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok.
c.
Kelompok
terbuka dan tertutup
Cara lain
untuk menggolongkan kelompok ialah
dengan cara membedakannya antara kelompok terbuka dan tertutup.
Kelompok
terbuka ialah suatu kelompok yang mempunyai rasa tanggap akan perubahan dan
pembaharuan. Sedangkan Kelompok tertutup adalah kecil kemungkinannya menerina
perubahan dan pembaaruan, atau mempunyai kecendrungan tetap menjaga kesetabilan.
d.
Kelompok
referensi
Suatu
kecendrungan yang positif dari perilaku manusia ialah adanya usaha untuk
mencari umpan ballik (feedback)
tentang dirinya. sehingga manusia berkeinginan untuk menilai dirinya. apakah
dalam menjalankan tugas berhasil atau tidak. bentuk pertanyaan yang acap kali
dikemukakan dalam hal ini adalah:
“Apakah saya bekerja dengan baik atau tidak ?”
“benar atau
salahkah saya ini?”
“Apakah sikap
perilak ini benar atau tidak?”
Dan banyak
pertanyaan yang dapat dikembangkan, yang pada intinya berusaha melakukan evaluasi
pada dirinya.[3]
C.
Dasar-dasar daya tarik antar orang
Dalam bagian
ini menjelaskan alasan mengapa orang tertarik pada orang lain sehingga terjadi
hubungan kelompok.
Dalam hal ini ada beberapa alasan :
1.
Kesempatan
untuk berinteraksi.
Hal yang
membuat manusia tertarik pada orang lain dan kemudian membentuk satu kelompok
adalah kesempatan berinteraksi satu sama lain. Dengan kata lain orang yang
jarang berinteraksi akan sulit untuk saling tertarik. Interaksi timbul karena
adanya daya tarik. Atau daya tarik akan timbul karena adanya interaksi.
Sebuah
penelitian membuktikan bahwa lingkungan merupakan salah satu factor yang dapat
menaikkan atau menurunkan kesempatan berinteraksi.[4]
Hubungan interaksi dengan factor lingkungan adalah :
a.
Hubungan
dengan jarak dan fisik
Orang yang
tinggal atau bekerja berdekatan mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam
berinteraksi. Dengan demikian kesempatan untuk membentuk kelompokn akan lebih
besar dibanding dengan mereka yang tinggal berjauhan.
Seorang peneliti
yang meneliti sejumlah kantor ketatausahaan. Hasilnya membuktikan bahwa jarak
sangat mempengaruhi mereka dalam berinteraksi. Karyawan yang seringkali
berinteraksi akan mengembangkan jalinan hubungan karja dan kesetiaaan.
b.
Jarak
pisikologi dan arsitektur.
Selain jarak
fisik, yang menyebabkan penghalang orang berinteraksi juga adalah pengaturan
letak susunan kerja hasil dari arsitektur. Dengan kata lain pengaturan arsitek
dalam mendesain suatu gedung tempat kerja atau tempat tinggal, memberikan
pengaruh yang cukup besar dalam kesempatan berinteraksi.
Arsitektur
dapat menciptakan halangan-halangan atau dorongan-dorongan fisik atau
pisikologi untuk berinteraksi.
2.
Status
Status
merupakan salah satu daya tarik antarindividu. Ada dua tendensi di bidang ini. seseorang
itu lebih suka berinteraksi dengan orang lain karena adanya kesamaan status.[5]
Dan seseorang itu akan lebih tertarik pada orang yang bersetatus lebih tinggi.
Kecendrungan
yang pertama menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai setatus tinggi lebih
menyukai berinteraksi sesamanya. Adapan kecendrungan yang kedua adalah orang
yang dari kelompok status lebih rendah akan lebih ingin untuk berinteraksi pada
orang yang bresetatus lebih tinggi dari dirnya dibanding berinteraksi dengan
orang yang bersetatus sama dengannya.
3.
Kesamaan
latar belakang
Latar belakang
yang sama meruakan salah satu factor penentu dari proses daya tarik individu
untuk berinteraksi sama lain. Kesamaan latar belakang, misalnya usia, jenis
kelamin, agama, pendidikan, ras, kebangsaan, dan setatus social. Seseorang akan
memudahkan mereka untuk menemukan daya tarik berineraksi satu sama lain.[6]
4.
Kesamaan
sikap
Bidang ini
merupakan tindak lanjut dari kesamaan latar belakang. Kesamaan yang didasarkan
dari pengalaman itu yang melatarbelakangi membawa orang kearah kesamaan sikap.
dari kesamaan sikap ini kemudian dapat dimengerti bahwa misalnya orang yang
sudah kawin teman bergaulnya juga pada orang yang sudah kawin.
Itulah beberapa
dasar daya tarik mengapa seseorang berinteraksi dengan orang lain. Dalam
memahami ini mestinya kita tidak melihat dari satu sisi saja. Misalnya, seorang
yang jarak tinggal atau tempat kerjanya berdekatan tetapi tampaknya hubungan
mereka tidak baik. Untuk hal ini jangan dilihat dari dasar jarak, atau
pengaturan arsitektur, barangkali disebabkan oleh latar belakang yang tidak
sama. Demikian seterusnya.
D.
Model daya tarik antar orang
Model adalah
perwakilan atau percontohan atas beberapa aspek dari dunia kenyataan. Ada
beberapa model daya tarik orang dalam kaitannya dengan jalinan hubungan antar
manusia. Ada tiga variable untuk menentukan daya tarik sesorang dalam hubungan
kerja, yakni :
a.
Hasil
(H)
b.
Tingkat
perbandingan (TP)
c.
Alternative
(A)
Hasil adalah
hadiah (rewards) yang dihubungkan dengan hubungan kerja.
Tingkat
perbandingan adalah ukuran baku yang dipergunakan oleh seseorang untuk menilai
kepuasan dengan hubungan kerja.
Alternative
adalah tujuan dari perbandingan yang ada. Yang memaksa orang yang bersangkutan
berada dalam pilihan yang harus dipilih untuk kelangsungan hubungan dalam
kelompok mereka.
Alternative
dapat dirumuskan sebagai tingkat hasil yang paling rendah yang akan diterima
oleh seseorang.
E.
Panitia Dalam Organisasi
Adalah tidak lengkap jika tidak membicarakan panitia dalam
kaitannya dengan pembahasan kelompok. Menurut Luthans, setiap membicarakan
dinamika kelompok dalam hubungannya dengan perilaku organisasi maka tidaklah
lengkap jika tidak dibicarakan pola perilaku panitia dalam suatu organissi[7].
Panitia merupakan tipe formal yang amat penting yang dijumpai sekarang ini
dalam kehidupan organisasi. Namun sebagian pihak acapkali meremehkan dan
melemparkan ejekan-ejekan. Namun ejekan maupun sindiran yang diterima oleh
panitia karena cara kerja panitia yang buruk.
a.
Sifat
Dan Fungsi Panitia
Terdapat banyak pengertian untuk panitia. Salah satu yang umum
seperti yang dikatakan Theo Haimann dan William G. Scott, bahwa panitia adalah
suatu kelompok orang-orang yang mempunyai fungsi kolektif. Sementara Harold
Koontz dan Cyrl O’Donnel mendefinisikan dengan lebih sederhana sebagai suatu
kelompok dimana semua permasalahan dipecahkan bersama sebagai suatu kelompok.
Dari pengertian-pengertian di atas terdapat satu hal prinsipil yang
ditekankan, yaitu adanya suatu kelompok orang yang dibentuk untuk mencapai
suatu tujuan tertentu[8],
dimana dalam kelompok ini dapat dibentuk dalam satu kegiatan formal maupun
informal. Sering dijumpai panitia memiliki tugas-tugas khusus beserta
wewenangnya. Beberapa panitia dibentuk secara khusus dan sementara (ad hoc)
untuk memecahkan permasalahan khusus dan kemudian setelah selesai panitia
tersebut bubar atau dibubarkan. Tetapi adakalanya panitia lebih condong sebagai
tim, komisi, dewan, atau kelompok gugus tugas yang sifatnya panjang usia.
Panitia banyak dijumpai dalam setiap organisasi. Ada ratusan
panitia dalam pemerintahan. Baik di bidang, keagamaan, pendidikan, social,
kebudayaan. Demikian pula ada puluhan bahkan ratusan panitia dalam bidang
swasta, organisai perusahaan, bisnis atau yayasan-yayasan. Dari sekian
banyaknya panitia memiliki fungsi yang bermacam-macam. Mulai dari bidang
keuangan, kepegawaian, perlengkapan. Dari setiap tingkat jenjang organisasi
mulai dari pucuk jenjang sampai yang paling bawah terdapat panitia.
Panitia-panitia tersebut menjalankan fungsi yang berbeda. Ada
panitia yang melakukan fungsi pelayanan, penasihatan, koordinasi, pemberi
informasi, dan ada yang berfungsi sebagai pembuat keputusan akhir.
b.
Segi
Positif Dari Panitia
Sebenarnya bekerja dalam sebuah panitia merupakan keuntungan dari
tindakan-tindakan individu. Karena di dalam panitia ditawarkan suatu hal yang
berguna, yakni adanya usaha bersama dalam dan pertimbangan yang menyatu di
antara orang-orang yang bekerja di dalamnya.
Segi positif lainnya ialah bahwa panitia bisa dipergunakan sebagai
sarana untuk mengurangi konflik dan meningkatkan koordinasidi antara
bagian-bagian dalam suatu organisasi. Selanjutnya panitia dapat memelihara tata
hubungan horizontal (mendatar) di antara beberapa satuan organisasi atau
departemen yang sama tingkatannya.
Dalam pandangan kemanusiaan, panitia memiliki nilai positif yitu
sebagai sarana untuk meningkatkan motivasi dan ketertarikan yang dipancarkan
dalam partisipasi. Suatu panitia dapat pula dipergunakan sebagai sarana untuk
pengembangan dan pertumbuhan seseorang.
c.
Segi
Negatif Dari Panitia
Segi negative dari panitia dapat dijumpai melalui kutipan-kutipan
ahli menejemen klasik. Luther Gulick yang memakai panitia hanya sebatas pada
situasi yang tidak normal, karena menurut pemikirannya, panitia seringkali
menunda-nunda pekerjaannya, kurang bertanggung jawab dan menghambur-hamburkan
waktu. Urwick demikian pula, dan bahkan terlampau tajam kritiknya terhadap cara
kerja panitia. Salah satu yang paling menonjol ialah seringkali tidak
bertanggungjawab mengeluarkan banyak biaya dan paling tepat untuk
pegawai-pegawai yang mempunyai kualitas jelek.
Sisi negative lainnya ialah bahwa panitia ialah dibaginya
pertanggungjawaban. Sehingga dengan adanya panitia tersebut maka yang ada adalah
panitianya yang terdiri dari orang-orang dalam sebuah kelompok tetapi tidak ada
satupun pertanggungjawaban perorangan, akibatnya jika terdapat keputusan yang
dibuat salah jarang orang-orang tersebut mau mempertanggung jawabkannya. Dengan
kata lain orang-orang itu mencari perlindungan dibalik panitia terhadap
keputusan yang tidak bermutu dan salah. Urwick mengatakan terhadap panitia
yangh demikian itu, bahwa panitia hanyalah sekumpulan orang yang bekerjasama
dengan predikat “jiwanya tidak bisa dikutuk dan raganya tidak pula bisa
ditendang”. Artinya bahwa dalam panitia terdapat sekumpulan orang, namun tidak
ada pertanggungjawaban perorangan.
Selain itu kelemahan panitia ialah bahwa keputusan yang dibuat
seringkali berdasarkan kompromi, dengan dominasi perorangan atau kelompok.
F.
Beberapa Teori Organisasi
A.
Sistem
Tertutup (Closed System) dan Sistem Terbuka (open System)
1.
System
Tertutup (Closed System)
Teori
ini termasuk dari kelompok teori organisasi klasik yang terkesan kaku, namun
mempunyai andil besar sebagai masukan bagi lahirnya teori-teori modern. Teori
ini menggambarkan organisasi sebagai suatu mesin yang bekerja dengan suatu
keteraturan dan keajekan tertentu, yang menekankan adanya suatu tingkat
produktifitas tertentu, dengan mencapai suatu taraf efisiensi tertentu dan yang
dikendalikan oleh legitimasi otoritas pimpinan. Oleh sebab itu lewat suatu
pembagian kerja, spesialisasi dan hubungan kerja yang hirarkis, maka usaha
untuk mencapai tujuan akan sangat tercapai secara efisien dan efektif[9].
Dengan demikian pemahaman dari pengguna teori ini menekankan pada peningkatan
efisiensi lewat penggerakan (structuring) dan pengendalian (controlling) dari
partisipan manusia.
2.
Sistem
Terbuka (Open System)
Kelompok
pengguna teori ini melihat organisasi sebagai sebuah organism, yakni sebagai
suatu sistem yang hidup dengan penekanannya kepada unsur-unsur manusia sebagai
pendukung utamanya. Model konsep ini tidak lagi memandang produksi sebagai
satu-satunya yang paling utama dalam organisasi. Hal yang dipandang penting
dalam konseps pradigma organisme ini ialah manusianya yang memiliki
keseimbangan dengan lingkungan (Psychosocial System)[10].
B.
Konsep
Prespektif (Edgar Huse dan James Bowditch)
1.
Prespektif
I
Inti
dari prespektif I sama dengan paham tradisional yang melihat organisasi dari
prespektif rancangan yang berstruktur. Aliran-aliran dalam prespektif ini hanya
memikirkan isu-isu tentang bagaimana seharusnya organisasi disusun,
fungsi-fungsi yang seharusnya dijalankan, siapa-siapa yang seharusnya menjadi
pemimpin dan bawahan.
2.
Prespektif
II
Teori
organisasi dalam kelompok prespektif ini secara pokok memikirkan bagaimana
suatu informasi dapat disampaikan melalui sarana-sarana tertentu. Pemikiran
semacam ini banyak menggunakan pendekatan matematis sebab sangat dekat dengan
penggunaan computer dan simulasi.
3.
Prespektif
III
Prespektif
ini dinamakan prespektif kemanusiaan (The Human Prespective). Pandangan
pemikiran dalam prespektif ini ialah menekankan bahwa unsure manusia dalam
setiap kerja kelompok dirasakan lebih penting daripada sekedar struktur dan
hirarki yang membentang pada setiap jajaran organisasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia sebagai
mahluk social senantiasa ada keendrungan untuk berinteraksi dengan sesamanya.
Kelompok adalah perwujudan dari kebutuhan manusia untuk berinteraksi tersebut.
Banyak teori
yang mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula terbentuknya kelompok.
Mulai dari anggapan adanya kedekatan ruang kerja maupun tempat tinggal mereka,
sampai kepada alasan-alasan praktis seperti ekonomi, keamanan, dan
alasan-alasan social lainya.
Adapun
bentuk-bentuk kelompok itu dapat berupa kelompok primer, yaitu hubungan
keakraban, tatap muka dengan tidak melalui prantara. Bentuk lainnya misalnya
formal dan informal, terbuka dan tertutup.
Orang lain tertarik
pada orang lain sehingga terjalin hubungan kerja dalam satu kelompok. Daya tari
mempunyai dasar-dasar tertentu. Dasar-dasar daya trik itu terkadang karena
adanya kesempatan, dan berbagai kemungkinan lainnya.
Bentuk kelompok
dalam organisasi adalah panitia. Sedangkan Panitia memiliki sisi positif dan
sisi negative.
B.
Penutup
Alhamdulillahirobbilalamin, akhirnya dengan segala upaya yang telah kami lakukan dan tentunya
tidak lepas dari kerja sama semua pihak, kami mampu merampungkan makalah ini.
Sebagaimana harapan kami semoga makalah ini bisa berguna bagi generasi
selanjut, kedepannya dalam mengikuti mata kuliah perilaku organisasi. Dan
tentunya tidak hilang harapan kami untuk generasi selanjutnya bisa
mengembangkan apa yang sudah ada saat ini.
Daftar
pustaka
Toha MIftah; perilaku
Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta, rajagrafindo persada.
2011.
Imam Wahjono
Sentot; perilaku organisasi, Yogyakarta, graha ilmu, 2010.
[1][1]
Fred Lutans,Ornanizational Behavoir ,new
York,McGraw-Hiil book Co.,1987,hlm.319.
[2]
George C,humans ,the Humans Group ,Harcourt Brace and wold,New York
,1990,hlm.43-44,dalam buku Fred Lutans, Ibid,hlm.319.
[3]
Melville Dalton,Man Who Manage ,New York,Jhon Wiley&Sons,1959 ,dalam buku H.Joseph
Reits,Behavoir in irganisasion ,op.cip,hlm.292.
[4]
Miftah toha, perilaku organisasi konsep dasar dan aplikasinya,
rajagrafindo persada, Jakarta, 2011. Hal 96
[5] Miftah
toha, perilaku organisasi konsep dasar dan aplikasinya, rajagrafindo
persada, Jakarta, 2011. Hal 97
[6]
Miftah toha, perilaku organisasi konsep dasar dan aplikasinya, rajagrafindo
persada, Jakarta, 2011. Hal 97
[7]
Perilaku Organisasi. Miftah Toha 106.
[8]
Ibid. 107.
[9]
Perilaku Organisasi. Miftah Toha 118.
[10]
Perilaku Organisasi. Miftah Toha 120.
0 komentar:
Posting Komentar