Kamis, 28 Februari 2013

Perilaku Organisasi|makalah


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Kelompok  merupakan  bagian  dari  kehidupan  manusia. tiap hari manusia akan terlibat balam kelompok.demikian pula kelompok merupakan bagian dari organisasi. hampir pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil adalah sangat kuat kecendrungannya Untuk  mencari  keakraban dalam kelompok-kelompok tertentu.dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang di lakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya  berjumpa, dan barang kali  adanya kesamaan kesemangan bersama, maka timbullah kedekatan satu sama lain.
Manusia berkelompok karena ingin menciptakan hubungan yang lebih dari sebelumnya, setidaknya ada beberapa hal yang melatar belakangi manusia berklompok atau beroganisasi, bisa saja karena adanya motivasi yang berbeda dari tiap individu dalam klompok itu. Kemudian membentuk kelompok-kelompok kecil dalam sebuah organisasi, dan beberapa hal lainnya.
B.     Rumusan masalah
Dalam pembahasan perilaku organisasi akan banyak membahas tentang apa itu organisasi itu, apa saja ruang lingkup dari perilaku organisasi itu, dan seterusnya. Dalam kesempatan ini focus pembahasan kami ada pada perilaku kolompok dalam organisasi. Yang mana perilaku kelompok dalam organisasi ini terbagi dalam lima sub bab, yaitu, teori pembentukan kelompok, kemudian bentuk-bentuk kelompok, dilan jutkan dengan dasar-dasar daya tarik antar orang, dan model-model daya tarik antar orang, terakhir ialah beberapa teori organisasi.
Dalam penulisan makalah ini terbagi dalam tiga Bab, yang mana Bab I berisi pendahuluan termasuk dalamnya latar belakang dan rumusan masalah, kemudian Bab II adalah pembahasan, dan yang terakhir adalah Bab III berisi penutup dan kesimpulan.
  
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori-teori pembentukan kelompok
Banyak teori yang mencoba mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula terbentuk dan tumbuhnya suatu kelompok. teori dasar tentang terbentuknya kelompok ini ialah mencoba menjelaskan tentang adanya afiliasi diantara orang-orang tertentu. Teori ini disebut propinguity yaitu teori kedekatan.arti kedekatan teori ini ialah bahwa seseorng berhubungan dengan orang lain disebabkan Karena adanya kedekatan ruang dan daerahnya.
Sebenarnya ada beberapa hasil  risert yang  yang dapat mendukung teori propinguity ini, tetapi usaha tersebut hanya menjelaskan pada permukaannya saja dari pembentukan kelompok     jadi harus untuk memahaminya kita harus memerlukan eksplorasi lebih lanjut.
Teori pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah suatu teori yang berasal dari George Homans. Teorinya berdasarkan pada aktifitas-aktifitas,interaksi-interaksi dan sentiment-sentimen (perasaan atau emosi).
 (1). Semakin banyak aktifitas-aktifitas seseorang  dilakukan dengan orang lain (shared), semakin beraneka interaksi-interaksinya, dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimen-sentimen mereka.
(2). semakin banyak interaksi-interaksi di antara orang-orang maka semakin banyak kemungkinan aktifitas-aktifitas dan sentiment yang ditularkan (shared) pada orang lain.
 (3). Semakin banyak aktifitas dan sentiment yang ditularkan pada orang lain,dan semakin banyak sentiment seseorang difahami oleh orang lain, maka semakin banyak kemungkinan  ditularkannya  aktifitas dan interaksi-interaksi.
Teori lain dari pembentukan kelompok adalah didasarkan atas alasan-alasan  peraktisi. contoh dari teori ini, antara lain karyawan-karyawan suatu organisasi mungkin dapat mengelompok karena disebabkan alasan ekonomi, keamanan, atau alasan-lasan social. secara logis, karyawan-karyawan yang mendasarkan pertimbangan  ekonomi bisa bekerja dalam suatu peroyek karena dibayar untuk itu, atau mereka dapat bersama-sama di dalam serikat buruh karena mempunya tuntutan yang sama mengenai kenaikan upah. untuk alasan  keamanan, bersatunya kedalam suatu kelompok karena membuat dirinya satu front  untuk menghadapi dikriminasi, pemecahan, perlakuan sepihak dan lain sebagainya. alasan-alasan peraktis ini membuat orang-orang dapat mengelompok dalam satu group.[1]
Yang teramat penting dalam memahami pembentukan kelompok berdasarkan alasan-alasan peraktis ini antaranya kelompok-kelompok itu cenderung memberikan kepuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan social yang mendasar dari orang –orang yang mengelompok tersebut.
Dari pemahaman beberapa teori pembentukan kelompok seperti yang  di uraikan di atas, dapat kemudian diidentifikasi karakteristik dari suatu kelompok itu, menurut Reitz  karakteristik yang menonjol dari suatu kelompok itu, antara lain :
1.Adanya dua orang atau lebih
2. yang berinteraksi satu sama lainnya berarti, bahwa anggota kelompok paling sedikit sekali-kali bertemu, becakap-cakap dan mengerjakan sesuatu besama –sama
3. yang saling membagi beberapa tujuan yang sama berarti, bahwa  anggota-amnggota kelompok  mempunyai kesamaan. barangkali mereka bisa membagi (share) suatu tujuan, misalnya perlindungan dari pekerjaannya, atau rasa aman mendapatkan perlindungan dalam melaksanakan pekerjaannya, atau adanya kesamaan penilaian atau rasa curiga, atau dapat pula menghadapi bersama atas perlakuan yang kurang baik dalam bekerja. demikianlah apapun dasarnya, suatu kelompok mempunyai  sesuatu yang sama sebagai salah satu ciri  yang dapat mengdentifikasikan suatu kelompok.
Penguatan yang di terima dari peroses interaksi bengan orang lain  membimbing mereka untuk mengenali dan memahami dirinya sebagai sesuatu yang special, sebagai suatu kelompok yang unik. keunikan inilah yang memberikan pemahaman bahwa orang-orang mengetahuinya sebagai suatu kelompok.

B.     Bentuk-bentuk kelompok
a.       Kelompok primer (primary Group)
Orang yang pertama kali merumuskan dan menganalisis suatu kelompok primer ini adalah Charles H.Cooley. Di dalam bukunya organisasi-organisasi social. dia menulis sebagai berikut:[2]
“Yang saya maksudkan dengan kelompok-kelompok primer itu adalah  kelompok yang dengan adanya keakraban, kerjasama dan hubungan tatap muka” 
Semua kelompok primer adalah kelompok yang kecil ukurannya tetapi tidak semua kelompok kecil adalah primer contoh dari kelompok primer adalah keluarga dan kolega (peer group ).
b.      Kelompok formal dan informal
Kelompok formal adalah suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk melaksanakan suatu  tugas tertentu.Anggota-anggotanya biasanya diangkat oleh organisasi. Dan contoh dari kelompok formal itu diantaranya komite atau panitia. unit-unit kerja tertentu seperti bagian, laboraturium riset, dan pengembangan tim manajer, kelompok tukang pembersih, dan lain sebagainya.
Adapun kelompok informal adalah suatu kelompok yang tumbuh dari interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. anggota kelompok tidak diatur dan diangkat, keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok.
c.       Kelompok terbuka dan tertutup
Cara lain untuk  menggolongkan kelompok ialah dengan cara membedakannya antara kelompok terbuka dan tertutup.
Kelompok terbuka ialah suatu kelompok yang mempunyai rasa tanggap akan perubahan dan pembaharuan. Sedangkan Kelompok tertutup adalah kecil kemungkinannya menerina perubahan dan pembaaruan, atau mempunyai kecendrungan tetap menjaga kesetabilan.
d.      Kelompok referensi
Suatu kecendrungan yang positif dari perilaku manusia ialah adanya usaha untuk mencari umpan ballik (feedback) tentang dirinya. sehingga manusia berkeinginan untuk menilai dirinya. apakah dalam menjalankan tugas berhasil atau tidak. bentuk pertanyaan yang acap kali dikemukakan dalam hal ini adalah:
“Apakah  saya bekerja dengan baik atau tidak ?”
“benar atau salahkah saya ini?”
“Apakah sikap perilak ini benar atau tidak?”
Dan banyak pertanyaan yang dapat dikembangkan, yang pada intinya berusaha melakukan evaluasi pada dirinya.[3]
C.    Dasar-dasar daya tarik antar orang
Dalam bagian ini menjelaskan alasan mengapa orang tertarik pada orang lain sehingga terjadi hubungan kelompok.
Dalam hal ini ada beberapa alasan :
1.      Kesempatan untuk berinteraksi.
Hal yang membuat manusia tertarik pada orang lain dan kemudian membentuk satu kelompok adalah kesempatan berinteraksi satu sama lain. Dengan kata lain orang yang jarang berinteraksi akan sulit untuk saling tertarik. Interaksi timbul karena adanya daya tarik. Atau daya tarik akan timbul karena adanya interaksi.
Sebuah penelitian membuktikan bahwa lingkungan merupakan salah satu factor yang dapat menaikkan atau menurunkan kesempatan berinteraksi.[4] Hubungan interaksi dengan factor lingkungan adalah :
a.       Hubungan dengan jarak dan fisik
Orang yang tinggal atau bekerja berdekatan mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam berinteraksi. Dengan demikian kesempatan untuk membentuk kelompokn akan lebih besar dibanding dengan mereka yang tinggal berjauhan.
Seorang peneliti yang meneliti sejumlah kantor ketatausahaan. Hasilnya membuktikan bahwa jarak sangat mempengaruhi mereka dalam berinteraksi. Karyawan yang seringkali berinteraksi akan mengembangkan jalinan hubungan karja dan kesetiaaan.
b.      Jarak pisikologi dan arsitektur.
Selain jarak fisik, yang menyebabkan penghalang orang berinteraksi juga adalah pengaturan letak susunan kerja hasil dari arsitektur. Dengan kata lain pengaturan arsitek dalam mendesain suatu gedung tempat kerja atau tempat tinggal, memberikan pengaruh yang cukup besar dalam kesempatan berinteraksi.
Arsitektur dapat menciptakan halangan-halangan atau dorongan-dorongan fisik atau pisikologi untuk berinteraksi.
2.      Status
Status merupakan salah satu daya tarik antarindividu. Ada dua tendensi di bidang ini. seseorang itu lebih suka berinteraksi dengan orang lain karena adanya kesamaan status.[5] Dan seseorang itu akan lebih tertarik pada orang yang bersetatus lebih tinggi.
Kecendrungan yang pertama menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai setatus tinggi lebih menyukai berinteraksi sesamanya. Adapan kecendrungan yang kedua adalah orang yang dari kelompok status lebih rendah akan lebih ingin untuk berinteraksi pada orang yang bresetatus lebih tinggi dari dirnya dibanding berinteraksi dengan orang yang bersetatus sama dengannya.


3.      Kesamaan latar belakang
Latar belakang yang sama meruakan salah satu factor penentu dari proses daya tarik individu untuk berinteraksi sama lain. Kesamaan latar belakang, misalnya usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, ras, kebangsaan, dan setatus social. Seseorang akan memudahkan mereka untuk menemukan daya tarik berineraksi satu sama lain.[6]
4.      Kesamaan sikap
Bidang ini merupakan tindak lanjut dari kesamaan latar belakang. Kesamaan yang didasarkan dari pengalaman itu yang melatarbelakangi membawa orang kearah kesamaan sikap. dari kesamaan sikap ini kemudian dapat dimengerti bahwa misalnya orang yang sudah kawin teman bergaulnya juga pada orang yang sudah kawin.
Itulah beberapa dasar daya tarik mengapa seseorang berinteraksi dengan orang lain. Dalam memahami ini mestinya kita tidak melihat dari satu sisi saja. Misalnya, seorang yang jarak tinggal atau tempat kerjanya berdekatan tetapi tampaknya hubungan mereka tidak baik. Untuk hal ini jangan dilihat dari dasar jarak, atau pengaturan arsitektur, barangkali disebabkan oleh latar belakang yang tidak sama. Demikian seterusnya.
D.    Model daya tarik antar orang
Model adalah perwakilan atau percontohan atas beberapa aspek dari dunia kenyataan. Ada beberapa model daya tarik orang dalam kaitannya dengan jalinan hubungan antar manusia. Ada tiga variable untuk menentukan daya tarik sesorang dalam hubungan kerja, yakni :
a.       Hasil (H)
b.      Tingkat perbandingan (TP)
c.       Alternative (A)
Hasil adalah hadiah (rewards) yang dihubungkan dengan hubungan kerja.
Tingkat perbandingan adalah ukuran baku yang dipergunakan oleh seseorang untuk menilai kepuasan dengan hubungan kerja.
Alternative adalah tujuan dari perbandingan yang ada. Yang memaksa orang yang bersangkutan berada dalam pilihan yang harus dipilih untuk kelangsungan hubungan dalam kelompok mereka.
Alternative dapat dirumuskan sebagai tingkat hasil yang paling rendah yang akan diterima oleh seseorang.
E.     Panitia Dalam Organisasi
Adalah tidak lengkap jika tidak membicarakan panitia dalam kaitannya dengan pembahasan kelompok. Menurut Luthans, setiap membicarakan dinamika kelompok dalam hubungannya dengan perilaku organisasi maka tidaklah lengkap jika tidak dibicarakan pola perilaku panitia dalam suatu organissi[7]. Panitia merupakan tipe formal yang amat penting yang dijumpai sekarang ini dalam kehidupan organisasi. Namun sebagian pihak acapkali meremehkan dan melemparkan ejekan-ejekan. Namun ejekan maupun sindiran yang diterima oleh panitia karena cara kerja panitia yang buruk.
a.       Sifat Dan Fungsi Panitia
Terdapat banyak pengertian untuk panitia. Salah satu yang umum seperti yang dikatakan Theo Haimann dan William G. Scott, bahwa panitia adalah suatu kelompok orang-orang yang mempunyai fungsi kolektif. Sementara Harold Koontz dan Cyrl O’Donnel mendefinisikan dengan lebih sederhana sebagai suatu kelompok dimana semua permasalahan dipecahkan bersama sebagai suatu kelompok.
Dari pengertian-pengertian di atas terdapat satu hal prinsipil yang ditekankan, yaitu adanya suatu kelompok orang yang dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu[8], dimana dalam kelompok ini dapat dibentuk dalam satu kegiatan formal maupun informal. Sering dijumpai panitia memiliki tugas-tugas khusus beserta wewenangnya. Beberapa panitia dibentuk secara khusus dan sementara (ad hoc) untuk memecahkan permasalahan khusus dan kemudian setelah selesai panitia tersebut bubar atau dibubarkan. Tetapi adakalanya panitia lebih condong sebagai tim, komisi, dewan, atau kelompok gugus tugas yang sifatnya panjang usia.
Panitia banyak dijumpai dalam setiap organisasi. Ada ratusan panitia dalam pemerintahan. Baik di bidang, keagamaan, pendidikan, social, kebudayaan. Demikian pula ada puluhan bahkan ratusan panitia dalam bidang swasta, organisai perusahaan, bisnis atau yayasan-yayasan. Dari sekian banyaknya panitia memiliki fungsi yang bermacam-macam. Mulai dari bidang keuangan, kepegawaian, perlengkapan. Dari setiap tingkat jenjang organisasi mulai dari pucuk jenjang sampai yang paling bawah terdapat panitia.
Panitia-panitia tersebut menjalankan fungsi yang berbeda. Ada panitia yang melakukan fungsi pelayanan, penasihatan, koordinasi, pemberi informasi, dan ada yang berfungsi sebagai pembuat keputusan akhir.
b.      Segi Positif Dari Panitia
Sebenarnya bekerja dalam sebuah panitia merupakan keuntungan dari tindakan-tindakan individu. Karena di dalam panitia ditawarkan suatu hal yang berguna, yakni adanya usaha bersama dalam dan pertimbangan yang menyatu di antara orang-orang yang bekerja di dalamnya.
Segi positif lainnya ialah bahwa panitia bisa dipergunakan sebagai sarana untuk mengurangi konflik dan meningkatkan koordinasidi antara bagian-bagian dalam suatu organisasi. Selanjutnya panitia dapat memelihara tata hubungan horizontal (mendatar) di antara beberapa satuan organisasi atau departemen yang sama tingkatannya.
Dalam pandangan kemanusiaan, panitia memiliki nilai positif yitu sebagai sarana untuk meningkatkan motivasi dan ketertarikan yang dipancarkan dalam partisipasi. Suatu panitia dapat pula dipergunakan sebagai sarana untuk pengembangan dan pertumbuhan seseorang.
c.       Segi Negatif Dari Panitia
Segi negative dari panitia dapat dijumpai melalui kutipan-kutipan ahli menejemen klasik. Luther Gulick yang memakai panitia hanya sebatas pada situasi yang tidak normal, karena menurut pemikirannya, panitia seringkali menunda-nunda pekerjaannya, kurang bertanggung jawab dan menghambur-hamburkan waktu. Urwick demikian pula, dan bahkan terlampau tajam kritiknya terhadap cara kerja panitia. Salah satu yang paling menonjol ialah seringkali tidak bertanggungjawab mengeluarkan banyak biaya dan paling tepat untuk pegawai-pegawai yang mempunyai kualitas jelek.
Sisi negative lainnya ialah bahwa panitia ialah dibaginya pertanggungjawaban. Sehingga dengan adanya panitia tersebut maka yang ada adalah panitianya yang terdiri dari orang-orang dalam sebuah kelompok tetapi tidak ada satupun pertanggungjawaban perorangan, akibatnya jika terdapat keputusan yang dibuat salah jarang orang-orang tersebut mau mempertanggung jawabkannya. Dengan kata lain orang-orang itu mencari perlindungan dibalik panitia terhadap keputusan yang tidak bermutu dan salah. Urwick mengatakan terhadap panitia yangh demikian itu, bahwa panitia hanyalah sekumpulan orang yang bekerjasama dengan predikat “jiwanya tidak bisa dikutuk dan raganya tidak pula bisa ditendang”. Artinya bahwa dalam panitia terdapat sekumpulan orang, namun tidak ada pertanggungjawaban perorangan.
Selain itu kelemahan panitia ialah bahwa keputusan yang dibuat seringkali berdasarkan kompromi, dengan dominasi perorangan atau kelompok.
F.     Beberapa Teori Organisasi

A.    Sistem Tertutup (Closed System) dan Sistem Terbuka (open System)
1.      System Tertutup (Closed System)
Teori ini termasuk dari kelompok teori organisasi klasik yang terkesan kaku, namun mempunyai andil besar sebagai masukan bagi lahirnya teori-teori modern. Teori ini menggambarkan organisasi sebagai suatu mesin yang bekerja dengan suatu keteraturan dan keajekan tertentu, yang menekankan adanya suatu tingkat produktifitas tertentu, dengan mencapai suatu taraf efisiensi tertentu dan yang dikendalikan oleh legitimasi otoritas pimpinan. Oleh sebab itu lewat suatu pembagian kerja, spesialisasi dan hubungan kerja yang hirarkis, maka usaha untuk mencapai tujuan akan sangat tercapai secara efisien dan efektif[9]. Dengan demikian pemahaman dari pengguna teori ini menekankan pada peningkatan efisiensi lewat penggerakan (structuring) dan pengendalian (controlling) dari partisipan manusia.

2.      Sistem Terbuka (Open System)
Kelompok pengguna teori ini melihat organisasi sebagai sebuah organism, yakni sebagai suatu sistem yang hidup dengan penekanannya kepada unsur-unsur manusia sebagai pendukung utamanya. Model konsep ini tidak lagi memandang produksi sebagai satu-satunya yang paling utama dalam organisasi. Hal yang dipandang penting dalam konseps pradigma organisme ini ialah manusianya yang memiliki keseimbangan dengan lingkungan (Psychosocial System)[10].

B.     Konsep Prespektif (Edgar Huse dan James Bowditch)
1.      Prespektif I
Inti dari prespektif I sama dengan paham tradisional yang melihat organisasi dari prespektif rancangan yang berstruktur. Aliran-aliran dalam prespektif ini hanya memikirkan isu-isu tentang bagaimana seharusnya organisasi disusun, fungsi-fungsi yang seharusnya dijalankan, siapa-siapa yang seharusnya menjadi pemimpin dan bawahan.
2.      Prespektif II
Teori organisasi dalam kelompok prespektif ini secara pokok memikirkan bagaimana suatu informasi dapat disampaikan melalui sarana-sarana tertentu. Pemikiran semacam ini banyak menggunakan pendekatan matematis sebab sangat dekat dengan penggunaan computer dan simulasi.
3.      Prespektif III
Prespektif ini dinamakan prespektif kemanusiaan (The Human Prespective). Pandangan pemikiran dalam prespektif ini ialah menekankan bahwa unsure manusia dalam setiap kerja kelompok dirasakan lebih penting daripada sekedar struktur dan hirarki yang membentang pada setiap jajaran organisasi.

  
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Manusia sebagai mahluk social senantiasa ada keendrungan untuk berinteraksi dengan sesamanya. Kelompok adalah perwujudan dari kebutuhan manusia untuk berinteraksi tersebut.
Banyak teori yang mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula terbentuknya kelompok. Mulai dari anggapan adanya kedekatan ruang kerja maupun tempat tinggal mereka, sampai kepada alasan-alasan praktis seperti ekonomi, keamanan, dan alasan-alasan social lainya.
Adapun bentuk-bentuk kelompok itu dapat berupa kelompok primer, yaitu hubungan keakraban, tatap muka dengan tidak melalui prantara. Bentuk lainnya misalnya formal dan informal, terbuka dan tertutup.
Orang lain tertarik pada orang lain sehingga terjalin hubungan kerja dalam satu kelompok. Daya tari mempunyai dasar-dasar tertentu. Dasar-dasar daya trik itu terkadang karena adanya kesempatan, dan berbagai kemungkinan lainnya.
Bentuk kelompok dalam organisasi adalah panitia. Sedangkan Panitia memiliki sisi positif dan sisi negative.
B.     Penutup
Alhamdulillahirobbilalamin, akhirnya dengan segala upaya yang telah kami lakukan dan tentunya tidak lepas dari kerja sama semua pihak, kami mampu merampungkan makalah ini. Sebagaimana harapan kami semoga makalah ini bisa berguna bagi generasi selanjut, kedepannya dalam mengikuti mata kuliah perilaku organisasi. Dan tentunya tidak hilang harapan kami untuk generasi selanjutnya bisa mengembangkan apa yang sudah ada saat ini.



Daftar pustaka
Toha MIftah; perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta, rajagrafindo persada. 2011.
Imam Wahjono Sentot; perilaku organisasi, Yogyakarta, graha ilmu, 2010.



[1][1] Fred Lutans,Ornanizational Behavoir ,new York,McGraw-Hiil book Co.,1987,hlm.319.

[2] George C,humans ,the Humans Group ,Harcourt Brace and wold,New York ,1990,hlm.43-44,dalam buku Fred Lutans, Ibid,hlm.319.
[3] Melville Dalton,Man Who Manage ,New York,Jhon Wiley&Sons,1959 ,dalam buku H.Joseph Reits,Behavoir in irganisasion ,op.cip,hlm.292.

[4] Miftah toha, perilaku organisasi konsep dasar dan aplikasinya, rajagrafindo persada, Jakarta, 2011. Hal 96
[5] Miftah toha, perilaku organisasi konsep dasar dan aplikasinya, rajagrafindo persada, Jakarta, 2011. Hal 97
[6] Miftah toha, perilaku organisasi konsep dasar dan aplikasinya, rajagrafindo persada, Jakarta, 2011. Hal 97
[7] Perilaku Organisasi. Miftah Toha 106.
[8] Ibid. 107.
[9] Perilaku Organisasi. Miftah Toha 118.
[10] Perilaku Organisasi. Miftah Toha 120.

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com