BAB
I
KATA PENGANTAR
Semakin lama semakin
majunya era modern ilmu pengetahuan
dan teknolgi semakin berkembang
akan tetapi banyak manusia yang lalai akan kewajibanya hidup di
dunia ini sehingga menyebabkan mereka meninggalkan tuntunan dan syariat agama islam. Namun semua
itu tidak membuat para tentara Allah berdiam diri begitu saja melihat
kemungkaran di muka bumi ini, sehingga lahirlah berbagai macam ormas-ormas islam ke dunia ini untuk menegakkan syariat islam
seperti halnya lahirnya ormas islam diantaranya: jamaah Tabligh, Ikhwanul Muslimin,
salafi hingga ormas besar seperti Muhammadiyah, NU dan
Hidayatullah.
Sehingga menjadikan masyarakat kebingungan dalam
memilih ormas yang mana yang akan di ikuti karena masing-masing memiliki visi
dan misi sama yaitu menegakakan syariat Islam di dunia. Namun
tidak semua ormas itu memiliki ciri yang sama, akan tetapi
setiap masing-masing organisasi memiliki ciri khas yang berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya.
Perbedaan yang timbul
dari masing-masing ormas tersebut bukanlah perbedaan yang pokok dari inti
ajaran Islam itu sendiri, seperti aqidah
dan tauhid, tapi perbedaan yang timbul hanyalah sebatas konsep penerapan
perencanaan komunikasi dakwah yang dimiliki tiap-tiap ormas Islam tersebut.
Sungguh membuat hati
resah dan gelisah ketika perbedaan itu justru menjadikan Islam terpeta-petakan
hanya kerena pandangan yang keliru terhadap konsep dan perencanaan komunikasi dakwah
ormas yang lain.
Terbetiklah di hati
penulis yang mendorong untuk mengkaji dan menulis sebuah makalah dengan mengangkat salah satu organisasi Islam yaitu
Hidayatullah agar masyarakat tahu bagaimana konsep dakwah yang dijalankan oleh ormas
Hidayatullah, sehingga kesalah pahaman terhadap konsep dakwah yang dimiliki oleh
ormas ini menjadi jelas.
BAB
II
PEMBAHASAN TENTANG HIDAYATULLAH
A.
Latar belakang dan sejarah singkat berdirinya
Hidayatullah
Lahirnya
ormas Islam ke dunia ini atau yang disebut Hidayatullah merupakan
anugrah besar bagi umat Islam untuk menegakkann syariat Islam. Berdirinya hidayatullah ke dunia ini di pelopori oleh seorang
pemuda yang lahir tepat pada hari Proklamasi Kemedekaan RI, Jum’at, 17 Agustus
1945, di Lamatti Rilau, salah satu desa dalam wilayah Kecematan Sinjai Utara Kabupaten Sinjai Sulawesi
selatan yang bernama Muhsin Kahar.
Setelah
dewasa Muhsin Kahar pindah ke makasar untuk melanjutkan sekolah dan di makasar
ia diterima di kelas IV Sekolah Rakyat
No 30 Makasar.
Ketika duduk di
bangku PGAN 6 Tahun di makasar, Muhsin Kahar aktif dalam organisasi di
antaranya Pelajar Islam Indonesia (PII),
HMI, Pemuda Muhammadiyah dan Gerakan Pemuda Ansor. Organisasi yang digeluti dan
diasyikinya adalah Pemuda Muhammadiyah. Sejak mengemban amanah sebagai Ketua Biro Dakwah dan Publikasi
Pemuda Muhammadyiah Wilayah Sulselra periode 1966-1968, Muhsin Kahar terus
menggencarkan pengkaderan. Dia mempunyai impian membuka semacam perkampungan untuk pusat pengkaderan, di
perkampungan ini dapat di jalankan syariat
Islam dengan bebas.
Tibalah
pada titik puncak panasnya hati pemuda-pemuda Islam di makasar, seperti
panasnya kota Angin Mammiri waktu itu. Mereka ingin menghanguskan segala
bentuk kemaksiatan terutama judi. Tak ada lagi bayang-bayang rasa takut,
walaupun konon perjudian lotre dikoordinasi oleh pemerintah kota di bawah
kekuasaan walikotanya yang cukup popular dan gigih membangun Kota Makasar.
Akibat peristiwa yang menghebohkan tentang penggerebekkan kemaksiatan dan
perjudian itu pemerintah menangkap para penmuda yang terlibat dalam peristiwa
penggerebekan perjudian dan membuat ruang tahanan Kodim 1408 Makasar penuh
sesak.
Para
pemuda yang di penjara berharap agar Muhsin Kahar tetap meneruskan perjauangan
untuk menegakkan Islam. Muhsin Kahar berjanji dan memasang semangat tekad,
“Kalau memang Allah masih memberi saya umur panjang , dimanapun berada akan
saya habiskan umurku hanya untuk mengurus Islam”. Menurut kawan-kawan di
Pare-pare situasi kota sudah tidak aman bagi Muhsin Kahar dan diminta agar segera
meninggalkan Sulsel. Kawan-kawannya tidak
lagi berpifikir tentang pelabuhan mana yang akan dituju dan kapal apa yang ditumpangi
serta namanya pun diganti Abdullah Said supaya aman. Ternyata Abdullah Said ditumpangkan
di K.M. Ganda Ria, sebuah kapal yang akan berlayar menuju Balikpapan (Kaltim).
Setelah
beberapa lama kemudian apa yang dicita-citakan Abdullah Said sebagai langkah
awal untuk mendirikan pesantren, ternyata kesampaian. Awalnya pesantren yang
diritis Abdullah Said bernama PONDOK PESANTREN PERGERAKAN
HIDAYATULLAH, seperti
yang terpampang di depan rumah Muhammad Rasyid, nama itu sengaja di ambil dari nama
seorang pahlawan Kalimantan, Pangeran Hidayatullah untuk menarik perhatian
masyarakat. Rupaya ada masukan dari Buya Malik Ahmad. Menurutnya nama itu
terlalu kedaerahan, tidak sesuai dengan cita-cita yang ingin dikembangkan ke
luar Kalimantan. “Pakai HIDAYATULLAH saja katanya”. Akhirnya Abdullah Said
mencabut papan nama itu dan menggantinya dengan nama PONDOK PESANTREN
HIDAYATULLAH pada
tanggal 7 januari 1973 di Gunung
Sari.
Pada
hari Sabtu 1Muharam 1394 H, bertepatan
dengan 26 Januari 1974, lokasi pesantren pindah ke sebidang tanah yang
berdekatan dengan rumah seorang tua bernama Puang Pani di daerah Karang Rejo.
Penemu lokasi baru bernama Syahyuddin. Karena situasi dan kondisi yang tidak
memungkinkan, kondisi yang serba kekurangan mengandung hikmah besar yaitu para
santri jadi terbiasa puasa daud. Tampaknya Abdullah Said telah membayangkan
bahwa setelah hijrah ke Karang Rejo lalu pingdah ke Karang Bugis, mulai
tampaklah cakrawala baru dengan adanya tempat berpijak dan pendukung yang
semakin bertambah. Berjalanlah kegiatan di Karang Bugis . Aktifitasnya cukup
padat, santri-santri semakin bertambah, baik putra maupun putri.
Kondisi
Karang Bugis ternyata sudah sedemikian sempit. Abdullah Said berfikir keras
untuk mendapatkan lokasi yang memungkinkan untuk pengembangan, baik dari segi
fisih maupun kegiatan. Ke inginan ini disampaikan kepada Walikota Asnawie
Arbain. Akhirnya Walikota menganjurkan agar ramai-ramai mencari lokasi.
Beberapa santri di sebar ke segala penjuru Balikpapan. Ada yang melacak ke
jurusan Samarindah, ada yang menjajaki jurusan Samboja (wilayah timur
Balikpapan) dan akhirnya ketemulah sebuah lokasi di Gunung Tembak. Sejak pertama menginjakkan kaki di lokasi,
bangunan pertama yang ada di benak Abdullah Said segera dibuat adalah masjid.
Itu merujuk pada Nabi Muhammad SAW ketika hijrah ke madinah.
Peresmian
Pondok Pesantren Hidayatullah di adakan di halaman masjid pada hari Kamis, 5
Agustus 1976. Atas anjuran Walikota Asnawie Arbain, pada malam peresmian,
anak-anak Pramuka dari Kota Balikpapan mengadakan perkemahan di kampus, suasana
pun menjadi semarak.
Pada
hari Akhad 20 November 1983 terbentulah sebuah kepengurusan. Kata Abdullah
Said, selama 10 tahun organisasi Hidayatullah baru kali ini terbentuk
kepengurusan yang paling baik.
Susunan kepengurusan
1. Pimpinan Umum :
Abdulah Said
2. Sekretaris Urusan Dalam : Abdul Qodir Jailamni
3. Sekretaris Urusan Luar : Abdul Latif Usman
4. Departemen Usaha : Abdul Manan El-Kindy
5. Departemen Ketrampilan :
Sarbini Nasir
6. Departemen Sosial : Sudiono Arjo
7. Departemen Publikasi
& Dokumentasi : Manshur
Salbu
8. Departemen Dakwah : Amin Mahmud P.
9. Departemen Pendidikan :
Abdurrahman Muhammad
10. Departemen Kampus : Soewardhany Soekarno
Dewan Pimpinan
Ketua
:Abdul Halim
Anggota :
A. Hasan Ibrahim
Anggota :
Amin Bachrun
Anggota :
Muh. Hasyim Hs
Anggota
: Usman Palese
Anggota :
Abdul Madjid Aziz
Tujuan
berdirinya Pondok Pesantren Hidayatullah salah satunya adalah ingin mengubah sistem
pendidikan, paling tidak di Indonesia.Pendidikan yang bukan berorientasi pada
predikat kesarjanaan semata, tapi berorietasi pada kekaderan yang kehadirannya
di tengah-tengah masyarakat langsung dirasakan manfaatnya.
Ada
beberapa alasan yang melatar belakangi pendirian pesantren tersebut antara ain;
1.
Ingin mengamalkan Islam secara maksimal sebagai kebutuhan kaum muslimin
dewasa dan kebutuhan dunia modern.
2.
Posisi dan kualitan ummat Islam di dunia sangat tidak menguntungkan.
3.
Harga dan nilai benda terlalu tinggi melebihi segalanya, termasuk nilai
manusia itu sendiri, hal ini menjadikan ancaman serius.
4.
Ibadah ritual yang rutin kehilangan pamor, jadi hampa dan hambar
5.
Dekadensi moral yang begitu bengis menjadi ancaman generasi muda.[1]
“Masuk
di hidayatullah bukan sekadar menjadi santri yang menerima pelajaran dan
bimbingan, kemudian setelah tamat dilepas untuk terserah mau kerja dimana atau
beraktifitas dimana. Tapi berada di hidayatullah harus siap menjadi kader,
tidak di barkan lepas begitu saja.
Belum
lama semua cita-cita pendidikannya bisa di terapkan. Banyak hal yang menjadi
kendala untuk mewujudkannya, terutama factor politik. Namun ada beberapa
pencapaian penting yang bisa menggambarkan keinginannya dalam mengubah system
pendidikan. Misalnya tentang waktu yang di gunakan dan jumlah pelajaran yang di
ajarkan. Abdullah Said meganggap waktu 6 tahun untuk SD terlalu lama. Anak-anak
akan jenuh karena terkurung dalam ruang kelas begitu lama. Menurutnya, SD cukup
3 tahun, SMP cukup 2 tahun, dan SMA cukup 2 tahun juga. Rentang waktu itu
bahkan masih di kurangi. Dengan demikian, pada usia 13 tahun seorang sudah bisa
lanjut ke perguruan tinggi. Dalam usia segar, 17 atau 18 tahun, sudah sarjana.[2]
Saat
ini Hidayatullah sudah sangat berkembang. Bisa dibuktikan dengan jumlah cabang
yang tersebar di seluruh penjuru nusantara, ditaksir saat ini jumlah cabang
dari Hidayatullah adalah berjumlah 320[3]
cabang, empat perguruan tinggi, beberapa sekolah integral setingkat SD, SMP,
dan SMA yang menjadi sekolah unggulan di beberapa kabupaten, seperti malang,
Surabaya, batam, Balikpapan. Dll.
Selain
itu, hidayatullah juga memiliki beberapa media dakwah, yang menjadi garda depan
berita keislaman di nusantara, seperti majalah sahid (suara hidayatullah) yang
menjadi media cetak islam tertua di nusantara[4],
ada pula hidayatullah.com, media islam yang banyak dikunjungi dan dijadikan
rujukan dalam berita maupun keilmuan tentang keislaman, yang pengikutnya bukan
hanya di Indonesia tapi juga luar negri.
Media
social hidayatullah juga sudah banyak, ada BMH (baitul mal hidayatullah), SAR
Hidayatullah. Dakwah center dll. Ini semua merupakan bukti kongkrit
berkembannya hidayatullah ini, dan masih banyak lagi bukti-bukti yang lain.
B.
Visi dan Misi Hidayatullah
Hidayatullah merupakan
lembaga kader yang memiiki kosentrasi penuh dalam
bidang pendidikan dan pembinaan umat. Visi hidayatullah adalah mewujudkan
lembaga yang berorientasai pada kebersamaan umat
demi terwujudnya mayarakat yang bersyariah, berjamaah, maju,dan berpengaruh, dengan
menjadikannya sebagai lembaga pendidikan dan pengkaderan islam yang unggul, amanah dan mandiri.
Misi
Hidayatullah adalah:
1.
Menciptakan kader mujahid
(memiliki etos kerja yang tinggi)
2. Menyelenggarakan
pembinaan yang melahirkan kader ulama yang
cerdas dan mandiri.
3. Menjadikan Masjid sebagai pusat gerakan dan pembinaan spiritual.
4. Menyelenggarakan pendidikan professional yang dapat
melahitkan kader berahklak mulia,
cerda, mandiri dan memiliki tanggungjawab mengangkat martabat ummat.
5.
Menadikan kampus sebagai alat peraga yang islamiah, ilmiah dan alamiah,.
6.
Membentuk lembaga-lembaga ekonomi yang dapat mendukung terselenggaranya
proses pendidikan dan pengkaderan.
7.
Penerapan Syariah semaksimal
mungkin di barengi dengan usaha/kerja keras dalam ikatan atau jama’ah.
C.
Manhaj hidayatullah
a.
Al-quran
b.
Asunnah
c.
Masuk islam secara kaffah
d.
Berjamaah
D.
Konsep pengkaderan Hidayatullah
Hidayatullah merupakan
wadah perjuangan untuk ummat dan
sekaligus wadah lahirnya kader yang professional,
berkarakter,
jiwanya bersih dan amanah. Prinsipnya tegas dan
penampilannya santun serta menyenangkan.
”Hidayatullah lahir
pada saat umat islam sedang menantikan datangnya abad XV H yang diyakini sebagai abad kebangkitan Islam. Tema pokoknya pada saat
itu adalah : “back to al quran dan
assunnah”. Hidayatullah adalah sebuah
gerakan pemikiran yang mencoba menerjamahkan slogan “back to quran and sunnah”
secara lebih kongkrit sehingga al quran dan
sunnah manjadi “blue print” pengembangan peradaban islam.”[5]
Bagi kader Hidayatullah
mengurus ummat adalah modal minimal
dalam perjuangan, untuk selanjutnya kita membutuhkan mobilitas spiritual yang
kuat. Sebagaimana ditampilkan Rosulullah SAW diawal perlangkahan dengan
wahyu-wahyu pertamanya. Perkuat aqidah, tajamkan cita-cita berquran, kuatkan
jiwa hingga mendekat kepada sumberkekuatan, lebur dalam urusan ummat dengan
integritas siritual yang bersih.
Jiwa, semangat,
keyakinan, kerja keras, ibadah dan kualitas spiritual generasi awal, dan selalu
berupaya melakukan pengembangan serta penguatan disegala sektor keilmuan dan
ekonomi merupakan harapan untuk generasi
berikutnya.
“Hidayatullah memandang
bahwa kemunduran umat islam lebih disebabkan
karena pandangan yang persial dalam
memahami keholistikan ajaran islam. Masing-masing kelompok mengambil tema dan
titik tekan program sesuai dengan pandangannya yang sangat persial bahkan tema
dan titik program itu seringkali menjadi semacam ‘ideologi kelompok.”[6]
Sebagai organisasi
massa islam yang berbasis kader, Hidayatullah menyatakan diri sebagai gerakan
perjuangan islam dengan dakwah dan tarbiyah sebagai program utamanya
keanggotaan Hidayatullah bersifat
terbuka, dimana usahanya berfungsi sebagai basis pendidikan dan
pengkaderan.
Kesimpulannya
konsep pengkaderan hidayatullah ialah disesuaikan dengan manhajnya yaitu SNW
(sistimatika nuzulnya wahyu). Yang mana dalam SNW ada banyak jejang-jenjangnya
sesuai dengan penjabaran SNW itu sendiri.
E.
Kepemimpinan hidayatullah
Kepemimpinan
Hidayatullah dibangun di atas manhaj SNW
yang melangkah mengikuti skala prioritas dari yang paling utama hingga yang
tidak prinsip.
Jaringan kerja
hidayatullah bertambah luas hingga
desember 2005 dan didukung dengan lahirnya
26 DPW,
194 DPD, 51 DPD terdapat di Pulau jawa
dan 143 DPD ada di luar Jawa.
Pengurus tingkat pusat mulai dari Dewan Syura dan
Dewan Pimpinan Pusat. Dewan Syura merupakan lembaga tertinggi organisasi,
dipimpin oleh Ketua Dewan Syura yang sekaligus merupakan imam bagi jamaah Hidayatullah, dengan sebutan
Pimpinan Umum. Ketua Dewan Pimpinan Pusat dipilih lewat Musyawarah Nasional,
dan pengurus DPP disahkan oleh Pimpinan Umum di dalam Munas tersebutuntuk
jangka waktu 5 tahun.
Struktur di bawah Dewan
Pimpinan Pusat (DPP) terdiri dari Dewan Pimpinan Wilayah (DPW), Dewan Pimpinan
Daerah (DPD), Dewan Pimpinan Cabang (DPC), Pimpinan Ranting, Pimpinan anak
Ranting. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah/daerah/Cabang dipilih oleh Musyawarah di
tingkat masing-masing dan disahkan oleh struktur diatasnya.
F.
Pembinaan Hidayatullah
Pembinaan
yang pertama kali di lakukan pesantren hidayatullah melalui
pengajian-pengajian yang di adakan oleh Ust. Abdullah Said, kemudian di
lanjutkan dengan acara-acara training keislaman yang di istilahkan dengan Daura
Darul Arqom, di dalamnya peserta diberi wawasan tentang nilai-nilai keislaman
dan penyandaran akan arti pentingnya melaksanakan Islam dalam kehidupan.
Saat
ini pembinaan hidayatullah adalah mengadakan halaqoh-halaqoh, kemudian ada
marhalah ula, woustho, dan marhalah ulya. Ini semua merupakan konsep pembinaan
kader yang ada di hidayatullah.
Pola Pembianaan Kmandirian Di Pesantren Hidayatullah
G.
Dakwah Hidayatullah
Untuk
mendukung program dakwah dan tarbiyah serta
menjalankan agenda utama Hidayatullah dan sebagai salah satu bentuk perhatian
Hidayatullah yang diberikan kepada masyarakat, maka hidayatullah membuat:
1) Lembaga Pendidikan
Salah satu usaha Hidayatullah untuk mendidk dan mengkader maka didirikannya
lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren Hidayatullah yang ada di berbagai
daerah indonesia.
Pola pengajaran di
pesantren Hidayatullah adalah sistem pesantren moderen, yaitu penggabungan mata
pelajaran umum dan mata pelajaran khusus atau keislaman. Mata pelajaran umum
sama seperti mata pelajaran pada sekolah-sekolah umum lainnya, contohnya
matematika, fisika, kimia, dan lainnya. Mata pelajaran khusus yaitu mata
pelajaran yang berkaitan dengan keislaman, contohnya aqidah, fiqh, bahasa arab,
dan hafalan al quran, serta masih banyak lagi mata pelajaran yang lainnya,
sesuai dengan jenjang pendidikan dan letak kampus.
2) Baitul Maal Hidayatullah
Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) adalah lembaga yang di kelola dan berada di bawah naungan
Hidayatullah yang berfungsi mengelola dana zakat, infaq, dan wakaf ummat,
kemudian menyebarkannya ke seluruh pelosok daerah serta menyantuni anak-anak
yatim dan membiayai penyaluran kader Da’I ke seluruh pelosok nusantara.
BMH mendapat pengukuhan sebagai lembaga
amil zakat nasional melalui surat keputusan mentri agama Republik Indonesia No.
538 tahun 2001.
3) Majalah Suara Hidayatullah
Penerbitan Majalah Hidayatullah
sudah di mulai di rintis sejak awal berdirinya PPH di Balikpapan karena di anggap salah satu cara
berdakwah yang paling baik dan efektif adalah dengan memanfaatkan media.
4)
Muslimat
Hidayatullah
Adalah
klompok muslimah hidayatullah yang aktif dalam berorganisasi untuk memajukan
wanita-wanita hidayatullah, karena di balik keperkasaan peria ada sentuhan-sentuhan lembut tangan wanita.
5)
Induk
Koperasi Hidayatullah
Induk Koperasi
Hidayatullah (Inkophida) adalah koperasi sekunder yang menjadi wadah seluruh
jaringan koperasi Hidayatullah yang tersebar di seluruh Indonesia. Inkophida
didirikan di jakarta tahun 1999 dan
Supermarket Sakinah di Surabaya.
6) Pemberdayaan Masyarakat pedalaman
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
pemaparan materi di atas yang membahas tentang sejarah perjuangan pendiri
Pondok Pesantren Hidayatullah yang samapai sekarang masih eksis bahkan
bertambah dan berkmbang pesat di seluruh penjuru Negara terutama di Indonesia
penulis mengambil kesimpulan di antaranya;
1.
Berdirinya Pondok Pesantren Hidayatullah di
pelopori oleh seorang pemuda yang akatif dalam organisasi Pelajar Islam yang
berasal dari Lamatti Rilau, salah satu desa dalam wilayah Kecematan Sinjai Utara Kabupaten Sinjai Sulawesi
selatan yang masa kecilnya bernamaMuhsin Kahar.Hidayatullah mulai didirikan
pada tanggal 7 januari 1973 di Balikpapan tepatnya di Gunung Sari dan yang
awalnya bernama PONDOK PERGERAKAN HIDAYATULLAH.
2.
Kepemimpinan
Hidayatullah dibangun di atas manhaj SNW
yang
melangkah mengikuti skala prioritas mulai dari yang paling utama hingga yang
tidak prinsip.
DAFTAR
PUSTAKA
Manshur Salbu
‘Mencetak Kader , Surabaya,Cetakan Ke
satu & ke dua,hlm.173
Manshur Salbu
‘Mencetak Kader , Surabaya,Cetakan Ke
satu & ke dua,hlm.3-241
Hidayatullah.com 16 Desember 2012, 18:15 WIB
Manshur Salbu
‘Mencetak Kader , Surabaya,Cetakan
Kedua,hlm.129
www.hidayatullah.com 16 Desmber, 2012, 18:17 WIB
Ruang-ihsan.blogspot.com 16 Desember,
2012, 18:29 WIB
Hidayatullah.com 17 Desember,
2012, 18:30 WIB
Wikipedia.org
wow sudah dalam bentuk makalah, akhi minta izin copy boleh?
BalasHapusAlhamdulillah ,,
BalasHapusIron-Strike Razor Review - TITanium Art
BalasHapusIron-Strike Razor is a classic 2-piece razor titanium mens wedding bands with a snap titanium auto sales closure making the blade angle much easier. The black titanium wedding bands handle is titanium plate flat irons the same titanium forging as the classic handle but