Penulis ; M joko susilo
Penerbit ;
PINUS book publisher yogyakarta
Cetakan ; I, februari 2007
Tebal ; 239
halaman
ISBN ;
9799901065
Resensi oleh ; umair al-amin
Sekolah sebagian anggapan banyak orang tua mungkin merupakan harapan
satu-satunya bagi pendidikan anak agar dapat meraih masa depan yang gemilang.
Namun celakanya harapan tersebut tampaknya mulai sirna . Sekolah tidak lagi
berdaya menghaslkan manusia yang tangguh menghadapi tantangan baik moral maupun
intelektual.
Orang tua mana yang tidak menginginkan buah hatinya mendapatkan ilmu ketika mengenyam pendidikan di bangku sekolah? Dari bangku SD hingga perguruan tinggi. Karena dengan pendidikan, orang tua berharap sang buah hati bisa ikut andil mengangkat derajat bangsa kita di mata dunia. Tapi, apa jadinya ketika sang buah hati tidak menjadi pintar malah sebaliknya “bodoh”.
Orang tua mana yang tidak menginginkan buah hatinya mendapatkan ilmu ketika mengenyam pendidikan di bangku sekolah? Dari bangku SD hingga perguruan tinggi. Karena dengan pendidikan, orang tua berharap sang buah hati bisa ikut andil mengangkat derajat bangsa kita di mata dunia. Tapi, apa jadinya ketika sang buah hati tidak menjadi pintar malah sebaliknya “bodoh”.
Perilaku pembodohan siswa yang tersistematis telah menjadi penyebab bagi
gagalnya pendidikan anak bangsa yang berkualitas. Perilaku pembodohan tersebut
kini bahkan sadar tidak sadar telah mendarah daging dalam praktik pendidikan di
Indonesia. Pemalsuan ijazah, penjualan gelar, penyuapan dari orang tua ke guru,
guru yang asal mengajar, hingga pergantian penguasa yang tidak banyak membawa
perubahan selain sekedar berganti-ganti kurikulum.
Sebuah realita, profesi guru di Indonesia merupakan tempat pelarian
orang-orang yang gagal memperoleh pekerjaan yang (katanya) lebih menjamin
kesejahteraan. (hal. 27) Karena profesi guru merupakan tempat pelarian, maka
Indonesia pun hanya mencetak guru-guru yang tidak pantas untuk menjadi guru,
sehingga Indonesia hanya melahirkan guru-guru yang text book. Akhirnya, setiap
awal tahun ajaran baru, guru secara tidak langsung menjeritkan bahwa “Maaf!!!
Masyarakat miskin dilarang sekolah!!!”, karena harus membeli buku-buku cetak
yang baru yang sama dengan gurunya.
Dan sebenarnya, kemana system pendidikan kita akan berkiblat. Mungkinkah
karena perasaan egoisme, suka meniru, jika tidak dari luar negeri, kita tidak
menganggapnya baik, akhirnya menjadi carut marutlah system pendidikan kita.
Hingga akhirnya bangsa ini tidak memiliki karakter, cirri, budaya, dan cara
sendiri yang tentunya cocok dan sesuai untuk sistem pendidikan kita.
Dalam bukunya, M. Joko Susilo mencoba membagi Perilaku pembodohan siswa
yang sering terjadi menjadi tiga kelompok yaitu pertama dalam rumah tangga yang
berbentuk kurangnya perhatian, menyuap sekolah (guru), pemaksaan hak, menyuruh
anak mencari nafkah, keras dalam mendidik. Kedua dalam sekolah, perilaku
pembodohan siswa yang sering terjadi di sekolah adalah manipulasi nilai,guru
tidak percaya diri, gaya belajar yang membodohkan siswa, soal ujian sama persis
dengan tahun sebelumnya, hukuman yang tidak mendidik, guru yang tidak ideal.
Ketiga pembodohan dalam masyarakat diantaranya adalah budaya kapitalis,
anarkis, kurangnya partisipasi masyarakat dalam pendidikan dan ijazah palsu.
Dampak dari kesalahan kebijakan pemerintah adalah termasuk tindakan pembodohan
siswa diantaranya mahalnya buku, pegadaan dan penyebaran guru, standarisasi
kelulusan siswa, mendiskriminasikan keberadaan sekolah swasta, sekolah gratis.
Berbicara tentang penulis, Muhammad joko susilo menurut saya bisa
dikategorikan sebagai pengamat pendidikan, karena memang dia memiliki
kompetensi tersebut, dan memang karna aktifitas beliau yang padat akan
penelitian dan penelitian terutama dalam bidang pendidikan, yang mana semua itu
sudah digelutinya sejak masih menyandang setatus sebagai mahasiswa, jadi wajar
jika kemudian kita menyebutnya peneliti pendidikan.
Jika kemudian kita lihat bahwa buku ini khusus ditujukan oleh unsur-unsur
terkait pendidikan ‘’pelaku pendidkan’’ dengan tidak menafikan kalangan lain
yang kemungkinan mencoba untuk mengetahui keadaan pendidikan .
Dalam bukunya ini joko susilo mencoba menerangkan tentamg politik dan hukum
yang berlaku dalam sistem pendidikan yang ada di indonesia, sehingga bisa jika kemudian
kita mejadikan ilmu baru bagi kita yang mana itu sangat penting untuk kita
ketahui karena kita juga masuk dalam kategori yang disinggung dalam buku ini.
Joko susilo juga cukup tepat dalam penentuan timeing peluncuran buku ini,
untuk segera mengingatkan kepada unsur-unsur terkait tentang pendidikan
indonesia sekarang, karena sistem pendidkan indonesia ini jika tidak segera
diperbaiki maka pembodohan dalam pendidikan akan terus menjadi benalu ganas
yang akan menggerogoti pendidikan kita, yang kemudian akan mengakibatkan
pendidikan kita mati.
Dalam pemilihan bahasa, joko susilo sangat enak dicerna, dia tidak
menggunakan kata-kata atau istilah-istilah yang tinggi yang susah untuk
dimengerti, sehingga mudah untuk kemudian dipahami maksud dan kemudian tujuan
buku ini.
Dalam buku ini, kumpulan tulisan-tulisan M. Joko Susilo yang dihimpun dari
artikelnya yang telah tersebar baik di media cetak maupun elektronik, sangat
komprehensif memberikan gambaran betapa buruknya sistem pendidikan di
Indonesia. Sekaligus bentuk kenprihatinan penulis atas perilaku pembodohan bagi
generasi bangsa yang sudah pada titik hampir puncak. Menurutnya, bersekolah pun
justru hanya akan melangsungkan praktik pembodohan.
Sekalipun tidak terdapat singkronitas yang jelas dalam setiap bab bahkan
tema tulisannya, M. Joko Susilo juga menghadirkan solusi untuk mengatasi
problematikan pendidikan kita. Dibagian akhir buku ini disebutkan bahwa
paradigma baru yang memandang kurikulum sebagai strategi membelajarkan siswa,
maka penilaian bukan hal yang terpisah dari proses belajar.
Buku tersebut memang memiliki unsur motivasi yang kuat. Boleh saja di
awal-awal bab kita akan banyak menemui kalimat kalimat berupa kritikan. Tapi
sebagai dosen, penulis memberikan saran, gagasan dan ide-ide yang jika
diimplementasikan dalam sistem pendidikan kita. Buku ini bagus untuk di baca
untuk: siswa, orang tua siswa, guru, wakil rakyat, dan pihak pemerintahan (jika
sempat), demi terwujudnya pendidikan yang bermutu. Karena dalam mewujudkan dan
mencetak SDM yang gerkualitas, perlu adanya kerjasama antara pihak-pihak yang
bersangkutan. Buku yang berjudul “pembodohan siswa tersistematis”, tersebut
menggambarkan sang penulis sebagai figur yang peduli akan dunia pendidikan
kita.
0 komentar:
Posting Komentar